Tulisan ini sengaja saya buat untuk mengenang hari Santri yang sebentar lagi akan kita peringati, yang setiap tanggal 22 Oktober menjadi hal yang bersejarah bagi kita semua, terutama bagi mereka yang pernah nyantri.
A. Mengaji
Amang, Uwa, Akang Teteh, Menjadi seorang santri merupakan kenangan yang indah yang tidak bisa dilupakan. Jarak yang jauh dari Orang tua, belajar mandiri, dan seabreg kegiatan yang banyak dengan Satu nama yaitu Mengaji. Menjadi hal yang mendewasakan kita dengan tidak terasa dalam segala aktifitasnya
Amang, Uwa, Akang Teteh, di Pesantren ada banyak Istilah tentang mengaji, ada Talaran, Sorogan dan balagan. Di pesantren yang pernah penulis alami, talaran dibagi menjadi dua bagian, ada talaran harian dan ada talaran mingguan. Talaran harian diisi dengan kitab-kitab intern pesantren yang merupakan warisan dari guru-guru kita, biasanya kitab-kitab yang ditalar kitab tentang ilmu nahwu dan sharaf. sedangkan talaran Mingguan diisi dengan hapalan kitab-kitab kuning tentang nahwu dan sharaf, seperti kitab Jurumiah, Imrithi, Yaqulu (al-Maqsud), Kailani dan Alfiyah.
Cek MAKlTA 9980vf Mesin bor 2baterai cas 10mm bor listrik murah bor tangan baterai besi tembok Beton kayu - Cordless Drill bor cas dengan harga Rp285.000. Dapatkan di Shopee sekarang! https://s.shopee.co.id/2g2jKVNFBY
Amang, Uwa, Akang Teteh, Kitab yang dianggap paling tinggi dan susah yang penulis rasakan waktu itu adalah kitab Alfiyah, bukan hanya karena jumlah baitnya banyak, sekitar, 1002 bait, tapi gaya bahasa kitab tersebut memerlukan pemahaman yang lebih dari seorang santri. Tidaklah aneh jika kita mau memahami kitab alfiyah ini banyak guru dan rekan senior yang menyarankan untuk memahami dulu kitab-kitab nahwu shorof yang lebih dasar.
Amang, Uwa, Akang Teteh, untuk kitab talaran tentang nahwu dan sharaf yang paling tinggi yang penulis rasakan adalah kitab yang berisi irab kalimah arab, nge'rab. dalam talaran kitab ini yang diperlukan bukan hanya hapalan tapi juga pemahaman tentang kedudukan kalimah bahasa arab, baik sebagi Fail, Fili dan maf'ulnya. malah dalam kitab ini kita harus paham tentang kedudukan jumlah kalimah baik Jumlah fi'liyah maupun Jumlah ismiyah.
Amang, Uwa, Akang Teteh, dalam kegiatan ngalogat, biasanya santri menulis logat arti dari bahasa arab yang dibaca oleh seorang kyai. Untuk memudahkan penulisan karena mengejar apa yang kyai baca, biasaya ada simbol-simbol tertentu untuk terjemah yang biasa kita dengar, dan ini akan lebih mempercepat pemahaman kita akan kedudukan kalimah.
Cek Spidol Permanent Marker Permanen Tahan Air, Cepat Kering & Tidak Pudar Hitam Merah Biru Tinta Refillable Spidol Permanen Putih dengan harga Rp2.500. Dapatkan di Shopee sekarang! https://s.shopee.co.id/4q7Du8kV31
Amang, Uwa, Akang Teteh, Seorang santri biasaya menulis logat kitab tidak menggunakan tinta biasa, tetapi menggunakan tinta khusus, kita biasa menyebutnya mangsi gentur, yang biasanya di isikan ke sebuah wadah kecil khusus, atau kadang wadah kecil bekas balsem. kemudian dicampur dengan getah pohon pisang yang sudah dijemur menjadi bentuk seperti benang. ketika melogat santri hanya perlu mencocolkan kalam, istilah pulpen bagi santri ke wadah tersebut untuk kemudian dituliskan di kitab. cag
Sukabumi, 20 Oktober 2025

Tidak ada komentar:
Posting Komentar